Wednesday, February 15, 2017

Kunjungan Putra Aceh








Assalamualaikum
 dan 
Selamat Sejahtera






Penghuni d'SUARANG mengucapkan ribuan terima kasih kepada rombongan sanak saudara dari Banda Aceh yang sudi datang berkunjung ke sini pada bulan November 2012. Sebagai penghargaan dsuarang.blogspot.com menerbitkan semula artikel (bertarikh Selasa 18 Disember 2012) tentang kunjungan itu yang ditulis oleh Hijrah Saputra Junus.

Kepada Putra . . . atuk mohon izin menerbit semula artikel anda yang punya ertinya yang tersendiri di hati kami.










Malaysia, Menyusuri dengan Hati





Sudah berapa kali ke Malaysia selalu ada saja cerita yang menarik untuk diceritakan. Tapi keberangkatanku kali ini bukan hanya untuk berwisata tetapi ikut mengantarkan orang tua untuk check up kesehatan dan sekalian mengunjungi Atuk dan keluarga lain yang ada di Kuala Lumpur dan sekitarnya. Menjadi pengalaman tersendiri ketika mengunjungi atuk disana.








Hijrah, Bapak dan Mamak disambut Opah Alimah di KLIA




Di Bandara Kuala Lumpur International Airport (KLIA) kami sekeluarga disambut dengan hangat oleh seorang perempuan, yang aku tahu selanjutnya, beliau adalah Opah (Sebutan untuk nenek), Opah Alimah. Opah datang bersama Atuk (sebutan untuk kakek) Abdul Majid Baharom. Sambutan yang sangat hangat oleh atuk dan opah, walaupun sempat diwarnai dengan macetnya kursi di bagian belakang mobil yang membuat aku dan adikku harus duduk di lantai mobil selama perjalanan keluar bandara ditambah lagi hujan yang super dahsyat, berkah. ^_^



Perjalanan selanjutnya kami lanjutkan ke rumah Atuk Sani, salah seorang sahabat Atuk Majid. Beliau juga sempat datang ke Banda Aceh dan Sabang, hanya saja saat itu aku sedang melakukan perjalanan Sail Morotai. Kami pun disambut dengan hangat oleh keluarga Atuk Sani. Ada cerita yang menarik tentang persahabatan di antara Atuk Majid dan Atuk Sani, dulunya mereka 3 sahabat yang tinggal 1 asrama tetapi bersekolah di 3 sekolah yang berbeda, dan persahabatan mereka pun awet dan mesra hingga sekarang. Sebagai bukti persahabatan mereka ada foto dan puisi karya Atuk Majid yang dibingkai di rumah Atuk Sani, sungguh luar biasa.







3 Sekawan, tiada lawan



Oh ya, sebelum ceritanya jauh kemana-mana, aku jelasin sekilas tentang Atuk Majid. Atuk Majid memiliki Nama lengkap Abdul Majid Baharom, beliau adalah saudara sepupu dari oma (nenekku) yang sudah lama menjadi kewarganegaraan Malaysia. Yang aku tau dan sering dengar, ada kesamaan yang dimiliki antara aku dan Atuk Majid, kami berdua suka menulis sesuatu di blog. Ga kebayang kan punya seorang atuk yang juga seorang blogger? How cool are we? hehe.


Mau tau info selengkapnya tentang Atuk Majid, jangan sungkan-sungkan untuk berkunjung kesini, http://dsuarang.blogspot.com


“Likes to live simple....... and will stay simple”


Ada banyak hal yang bisa kupelajari dari Atuk Majid, mulai dari filsafat hidup, bisnis bahkan sampai berkomunikasi. Seringkali selama di D’Suarang (sebutan untuk rumah Atuk Majid) kami menghabiskan malam hingga pagi hari untuk bercerita, aku tau atuk capek, tapi ada kebahagiaan yang terpancar di wajah beliau ketika menceritakan sesuatu yang beliau kerjakan semasa hidup beliau, beliau berkata, “selalu berusaha menjadi orang yang terdepan dan terbaik, agar nantinya dapat bercerita kepada anak cucu kita,” sambil membuka Scraptbook yang telah dibuat beliau sebagai salah satu bukti sejarah, sangat menarik.














D'Suarang, bukan rumah Gadang, sekedar tempat menumpang








Mamak dan Bapak di D'Suarang bersama Atuk dan Opah




Yang cukup menarik dari keluarga Atuk, semua rumah di keluarga atuk punya nama dan cerita masing-masing. Seperti rumah atuk yang berada di Keramat Ampang-Ulu Kelang (AU), namanya D’Suarang. Kata atuk, Suarang itu berasal dari bahasa Minangkabau yang artinya harta yang diperoleh oleh suami istri selama masa perkahwinan (Kamus Dewan Edisi keempat halaman 1528).











Sesuai dengan namanya, hal itu juga yang kurasakan selama berada di rumah atuk. Atuk tidak pernah membeda-bedakan orang, Walaupun notabenenya kami adalah cucu dari sepupunya (Oma kami), tapi beliau menganggap kami seperti layaknya cucu beliau langsung, ya setidaknya itu yang kurasakan, ada rasa nyaman dan seperti punya seorang kakek yang dulu pernah kurasakan ketika masih kecil (ketika Opa masih hidup). :’). Ada lagi rumah Onyang (Sebutan untuk buyut) H. Lokman di Taman Seri Segambut diberi nama Bagas Bahagia, yang artinya kurang lebih Rumah Bahagia, menarik ya?









Rumah Onyang Lokman




Bicara tentang Atuk Majid tidak bisa terlepas dengan Opah Alimah. Melihat Atuk dan Opah ini seperti melihat pasangan yang selalu menjadi impian orang-orang, bahagia sampai kakek nenek. Walaupun memiliki karakter yang berbeda-beda, Atuk yang aktif, tegas dan selalu bersemangat, Opah yang penyabar dan lemah lembut, sepertinya saling melengkapi, inilah contoh perbedaan yang memberikan keindahan tersendiri. Kata Opah, “bila sesuatu apapun yang terjadi pertengkaran ataupun pertikaian, sebisa mungkin diselesaikan hanya berdua saja, jangan sampai diketahui oleh orang lain,bahkan oleh anak sendiri,”. Sungguh contoh yang luar biasa untuk diteladani.







Our beloved Atuk Majid dan Opah Alimah




Yaah, harus beresin kerjaan lagi, postingannya kita lanjut nanti ya... (Bersambung)





Mengakhiri siaran ini . . . atuk dengan rendah diri ingin menyatakan bahawa mudah-mudahan sahaja kami benar-benar layak menerima sanjungan seperti yang Putra tuliskan itu. Alhamdulillah jika demikian.





Syabas . . . (belated congrats to you) . . . Putra kerana menghasilkan tulisan yang bagus. Simple yet very informative. Keep on blogging.







bamuda
dsuarang.blogspot.com



No comments:

Post a Comment