Thursday, June 2, 2016

Pilu Di Kalbu








Assalamualaikum 
Selamat Sejahtera




Dalam Kenangan




Buat keluarga yang sekonyong-konyong kehilangan insan tercinta. Kehilangan ayah dan ibu, anak dan menantu, saudara dan pupu, atuk dan nenek, kakak dan adik, kerabat dan sahabat, teman dan kawan, rakan dan taulan . . . yang selama in menjadi kesayangan. 



Buat keluarga yang tetap cekal meneruskan kehidupan selepasnya . . . selepas berlalu peristiwa Tsunami yang menghantui kenangan sendiri-sendiri . . . hukum alam tidak bersyarat . . . tragedi 26 Disember 2004. 


Teristimewa tentunya . . . buat keluarga Bapak Hj Zamhur, Nyonya Hjh Sri Aria Satiani dan Hj. Deza Kasyfi . . . yang tenang dan reda dengan pemergian buat selama-lama . . . puteri-puteri dan adik beradik kesayangan mereka . . . Nova Satiani dan Zafirah Amalina.



Puisi berikut sekadar catatan perasaan di pihak yang mengalami malapetaka tersebut . . . yang cuba penulis gambarkan.


Mudah-mudahan dapat jua menjadi iktibar kepada sesiapa yang sudi membaca siaran blog kali ini yang menyentuh kemungkinan rintihan hati insan . . . yang kehilangan. . . 

























Maka Yakinlah Kami 



Tiba-tiba

aku terhidu bau wangian

menawan

wanginya luar biasa sekali

lebih semerbak daripada wangian kasturi.

.

Penasaran

aku mencari punca

dari mana terbitnya

wangian tadi . . .

wangian misteri.



Terdetik hati

tersentuh jiwa . . .

lantas aku bertanya . . .

Nyonyakah gerangan

memakai wangian?



"Tidak sekali", jawab Nyonya.

"Aku tidak berwangi-wangian."

"Tiada semburan atau palitan bauan apa-apa

seperti yang diterka."



"Mungkin ipar lamaimu agaknya?

Cuba tanya mereka."


Jawab ipar lamaiku , "Enggak.

Bukan kami yang mewangi.

Bukan kami sama sekali."


Habis bagaimana?

Bauan wangi semakin menawan . . .

meremang bulu romaku

kesyahduan!



Ada kerabat yang kemudiannya bermimpi

kalian datang mengunjungi,

menghampiri, menghadapi

tanpa bicara . . . tanpa kata

cuma isyarat yang mampu diberi

pabila ditanya kalian menyepi

lantas menghilang diri . . .



Suatu ketika

kami ke kuburan massal

aku terhidu kewangian yang serupa

wanginya sama

tiada beza.



Aduhai . . .

maka yakinlah kami

kalian para syuhada

disemadikan di sini.

Kami iringi bacaan

al-Fatihah untuk semua

di tanah kuburan massal ini .



dan . . . tentunya . . .

teristimewa

buat anak-anak

bapak dan mama . . .

Nova Satiani dan Zafirah Amalina

kalian akan terus kami sayangi

sampai bila-bila . . .



Bersemadilah kalian dengan aman

tenang menantikan

kami yang bakal menyusuli

di kemudian hari . . .

kami yang kini hanya mampu berdoa

memohon kepada-NYA

agar mengizinkan

pada ketika itu nanti

kita dipertemukan lagi

berkumpul riang semula

dalam sebuah keluarga bahagia.



Ya Allah

kabulkanlah permintaan hamba . . .

Amin.






















hari demi hari detik berlalu ...
 kata orang waktu itu pengubat rindu 






Bamuda
dsuarang.blogspot.com