Tuesday, June 7, 2016

Bukittinggi, Sumatera









Assalamualaikum 
Selamat Sejahtera




Santai di Ranah Minang



Aku sering mendengar cerita tentang ranah Minang di daerah Minangkabau, Sumatera, Indonesia.

Tentang keindahan pemandangannya. Tentang keunikan budayanya. Tentang kemesraan orangnya.

Paling seronok mereka katakan tentang makanannya yang enak-enak!


Walaupun aku sudah biasa ke tempat-tempat lain di sana sini . . . aku tidak pernah menjejakkan kaki di bumi Bukittinggi atau Padang dan di kota-kota atau daerah-daerah sekitarnya sebelum ini.










Sering sangat sebutan nama-nama tempat di ranah Minang kedengaran di telingaku. 

Sesungguhnya oleh kerana terlalu sering . . . nama-nama tempat itu menjadi sebati dan tentunya familiar dengan diriku.

















Tempat-tempat seperti Pariaman, Padangpanjang, Batusangkar, Payakumbuh, Pagar Ruyong dll sering kedengaran disebut dalam lagu-lagu yang memuliakan daerah-daerah di ranah Minang.









Ada beberapa lagu sedemikian yang menjadi kegemaranku. Antaranya lagu "Ayam Den Lapeh", "Mudiak Arau", "Risaulai", "Bugih Lamo", "Kampuang Nan Jauh Di Mato".


Maka apabila Jamil, sahabat karibku sejak zaman persekolahan dahulu, mengajak aku ke sana . . . aku tidak menolak.


Pada jam 3:00 petang Sabtu 31 Mac 2012 kami berlepas dari LCCT Sepang menuju ke Padang.  

Kami berempat. Aku dan isteriku Alimah. Jamil dan isterinya Azizah.


































Pada jam 5:05 petang kami tiba di Bandar Udara Internasional Minangkabau, Padang ('Bandara' dalam istilah tempatan).

Ini 'Bandara' baru. 'Bandara' lama di Tebing. 

Kami tiba selepas satu sejam penerbangan. 



























Jarak perjalanan dari lapangan terbang itu ke tempat kami menginap di Bukittinggi kira-kira 72 kilometer.

Masa yang diambil selama kira-kira 2 jam setengah melalui jalan sederhana kecil dan berliku-liku. Jalannya banyak berbukit dan bergaung. 

Terasa gerun juga bagi mereka yang belum biasa melalui jalan-jalan seperti ini!








































Kami berada selama empat hari dan tiga malam di Bukittinggi. Kami menginap di hotel The Hills Bukittinggi. 

Selama di sana kami mendapat layanan yang baik lagi mesra daripada pihak pengurusan dan staf hotel tempat kami menginap.







































\

















Dari kiri: 
Alimah, Azizah, Endang, Dhea Nurul VHRi + Pak Sani 








Dari kiri: 
Wanita sama + Penulis









Alimah, Endang, Azizah .......................Alimah, Endang, Dhea Nurul, Azizah









Dhea Nurul, Endang, Azizah, Alimah








Pak Budi dan Pak Sani bersama teman




























Di daerah sana aku juga dapat banyak pengalaman baru tentang kehidupan . . . terutama yang berkaitan dengan sikap dan pendirian manusia serta pandangan dan nilai kemanusiaan.















































































Kami bertemu keluarga Pak Yon Hendri (GM The Hills) ketika bersiar-siar di pekarangan (belakang) shopping complex Ramayana, Bukittinggi



























































Pemandangan dan suasana di sekitar daerah-daerah yang sempat aku lawati itu memang menarik perhatian.























































Budaya hidup penduduknya unik. Orangnya baik-baik belaka. Peramah dan mesra.

Ada kelainannya dengan budaya hidup di tempatku . . . walaupun kita dikatakan bangsa serumpun.














Dalam perjalanan ke Bukit Tinggi dari airport internasional Minangkabau, Padang (selepas tiba) kami singgah makan petang di Rumah Makan Lamun Ombak.












































Kebetulan pula Jamil bertemu sahabat baiknya Pak Yon Hendri (GM The Hills, Bukittinggi) bersama temannya Pak Deswin. Kami bergambar kenangan di situ.








Makanan di daerah-daerah sini beraneka jenis. Juadahnya yang bermacam rasa, tidak terkata lazatnya. 

Kami asyik makan. Hampir saban waktu!




















































































Pak Sunarno (suami Endang)















Waktu berlalu pantas. Pada petang Selasa 3 April 2012 kami dengan berat hati memulakan perjalanan pulang ke tanah air sendiri. 

(Aku lebih-lebih lagi merasakannya ... maklum meninggalkan tanah kelahiran Almarhum datukku Hj Mohd Shariff bin Mohd Shariff.)





































Namun . . . ribuan kenangan manis tentang Bukittinggi dan daerah-daerah sekitarnya tetap kami bawa bersama pulang.

Kunjungan ini telah dapat menambah khazanah pengetahuan dan pengalaman aku melihat sendiri rantau orang.



Bamuda
dsuarang.blogspot.com