Assalamualaikum dan Selamat Sejahtera
Edisi (2) : Shah Alam & Segambut
MENELUSURI SILSILAH KELUARGA DI MALAYSIA (PART 2: EDISI SHAH ALAM)
Salam petualang,
setelah dipikir-pikir, salam petualang itu kedengarannya kayak aku ini BoLang ya . . . bukan Bocah Petualang, tapi Bocah Ilang, hahahahahaha . . . tau kenapa?!karena memang aku sukanya ilang-ilang dari peredaran. sebentar udah di kota ini, sebentar udah pindah lagi, sebentar udah tidur lagi (lho, ga nyambung, hihihi). Intinya, perpindahan langkahku ini memang dinamis, walau cuma dari kamar ke kamar mandi atau ke dapur, itu harus dihargai sebagai bagian dari dinamika hidup . . . biar kerasa gitu hidupnya
OK lah sobat. Cerita ku kali ini bukan hanya soal perpindahan kaki di dalam rumah. Tapi ini perpindahan pengalaman penting dari rumah keluarga satu ke keluarga lainnya. lho? apa aku jadi anak angkat sekarang?!OOO bukan bukan . . . karena ga ada yang sanggup angkat aku, hihihi . .
masih ingat soal cerita “Menelusuri Silsilah Keluarga di Malaysia (Part 1)” yang berkisah tentang perjalanan pertama ku ke rumah keluarga Opah Rosma yang baru ku kenal di Rawang, Malaysia? Nah ini cerita keduanya soal pertemuanku dengan keluarga Opah Sham di Shah Alam, tepat beberapa jam setelah aku berpisah dengan keluarga Opah Rosma di Stasiun kereta api Rawang. Dalam hujan gluduk-gluduk itu pun cerita ini terukir. Inilah ceritanya (auuu, bang becak bang*lho koq jadi cerita misteri gini?!wkwkwkw)
Perjalananku ke rumah Opah Sham adalah tanggal 23 Juni 2012 di siang hari. Setelah Opah Rosma ngantar aku ke stasiun kereta api Rawang, aku pun melanjutkan perjalanan dengan naik kereta api KTM (yaiyalah masa naik bus, kan beda stasiunnya, hihihi). Perjalanan ke Shah Alam ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dan melewati hampir 10 an stasiun. Aku sempet turun di KL sentral dan tuker train menuju Shah Alam. Selama di perjalanan aku tidur sambil sesekali sms Opah Sham untuk memastikan kalau aku udah di jalan so bisa diperkirakan jam berapa harus jemput aku. Secara aku ga kenal area Shah Alam (soalnya dia sombong waktu diajak kenalan, hehehe) dan aku juga belum tau secara pasti yang mana Opah Sham dalam wujud nyata karena cuma kenal lewat FB aja. kita saling cerita fisik masing-masing sampai pake baju dan jilbab apa waktu itu (Soalnya biar jangan ketuker, takutnya salah jemput nanti, hihihi trus aq yang baru sampe celingak celinguk sendiri kayak anak ilang. . . makanya aku jadi BOLANG, wkwkwkw).
Sesampainya aku di Stasiun kereta Api Shah Alam, Opah pun segera aku hubungi. nunggu cukup lama karena Opah masih di jalan dari rumahnya menuju stasiun. So aku pun menebar pesona dan bau karena belum mandi, hihihi. Bagian yang cukup lucu untuk diingat adalah waktu Opah sampai stasiun dan nebak-nebak yang mana aku, dan sebaliknya aku juga nebak-nebak yang mana mobilnya Opah. Ada mobil yang bolak balik tapi ternyata bukan mobil Opah. Jiaaahhh, aku pun semakin nampak seperti BoLang, si Bocah Ilang, hihihi.
akhirnya setelah proses tebak-tebakan panjang, jumpa juga dengan Opah dan dua anak perempuannya yang cantik. mobil Opah diparkir di seberang jalan dan Opah memastikan bahwa itu aku dengan cara nelpon dari dalam mobil. Nah begitu dari jauh nampak aku angkat telponnya, baru deh Opah dadahdadah dari jauh, hihihi untung ga salah orang ya, kan kalo angkat telpon di tempat umum banyak aja kemungkinan barengnya padahal yang ditelpon lain orang, wkwkwkkwk
Alhamdulillah akhirnya bisa ketemu langsung. Aku kenalan sama Ika, anak perempuan sulung Opah dan Si kecil yang kupanggil Makcik, hihihi. Sepanjang jalan ke rumah Opah kami cerita soal keluarga dan juga sekolahku di UPSI. Sampai disana aku ketemu sama Atuk (Suami Opah) dan juga anak lelakinya. Satu anak lelaki Opah ada di pesantren so hanya mereka berlima yang tinggal di rumah cantik itu.
Malamnya menjelang makan malam aku bantuin Opah di dapur nyiapin makanan. Dapurnya mungil tapi cantik. lantainya penuh dengan karpet, cuma bagian tengah yang kosong dengan keramik. dan bersih banget. warnanya dominan hijau, dari keramik sampaichicken set nya. . eh Kitchen Set kalee . . hihihi. Ukuran dapurnya cuma sekitar 2×6 meter gitu. kompor gas nya modern lengkap dengan pemanggang dan di atasnya ada timer plus kipas so biar ga kepanasan waktu masak. Sekalian untuk ngeringin rambut kali ya, hihihi. Aku disuruh goreng ikan apa telur ya?!aku lupa pastinya. yang aku ingat itu jadi gosong gara-gara ga aku balik-balik, hehehe. ternyata kuali yang dipake untuk menggoreng itu cepet banget panasnya dari harus terus dibolak balik gitu makanan yang digoreng. Ampun deh Gw . . . Opah geleng-geleng liat aku nyengir karena menggosongkan masakannya. Opah bilang “wah kalau mau nikah, Failed ni!” Gubrak, tiba-tiba merinding aku . . soalnya kan aku mau nikah
OK. sekarang pindah ke ruang makan yuk. ni dia adegan makan malam yang menyenangkan disana. Berhubung si kecil baru beli kacamata mainan,kita jadinya manggil dia dengan MAKCIK CERMIN MATA, wkwkwkw . . .Atuk ga ikut makan karena lagi diet dan Opah ga suka difoto, hihihi. kita bertiga aja deh yang eksis . .
Habis makan kita pun ngumpul di ruang tengah sekedar ngobrol karena kita mau ke ICT Shah Alam, tempat main yang penuh sama lampu warna warni. sebelum pergi, foto lagi yuk, satu . . dua . . tiga
Nah ini dia keluarganya Opah Sham yang di Shah Alam (minus 1 sih karena dia sekolah di Pesantren). anaknya cakep-cakep ya . . hihihi. Dan akhirnya, kami berlima ke ICT Shah Alam sementara Atuk di cuma ikut nganter aja tapi ga masuk katanya capek banget baru balik dr kerja. Dan kota Shah Alam cantik bener di Malam hari. Di jalan nampak hotel-hotel mewah, mesjid raya nya cantik dan juga Opah nunjukin kantornya iaitu di Perpustakaan Kota. Sampai di Shah Alam aku takjub lihat kota lampu ini. sepanjang jalan lampunya warna warni bahkan di pohon sekalipun.
Sebenarnya ini bukan yang pertama kali aku kesini, tapi kali ini aku harus masuk ke rumah salju soalnya penasaran gimana di dalamnya. Dan bener aja, aku berhasil masuk ke sana bareng ika, si cowok imut dan Makcik cermin mata, hihihi. Dingin banget di dalam. ga salju sich, tapi lebih cocok kayaknya dibilang masuk ke dalam freezer kulkas. es dimana-mana . . . hihihi
Pokoknya perjalanan ini benar-benar menyenangkan. nampak di dalam rumah salju ini ada terowongan kayak rumah pinguin yang nampak di tipi-tipi, beruang kutub sampe turis-turis entah dari mana asalnya, hehehe. Sayangnya kita ga sanggup naik pelosotan seluncuran yang ada di dalam sini soalnya dingin banget. kaus kakiku udh basah, anak-anak ini juga dah kedinginan. nafas berasap-asap kayak ada kebakaran dalam mulut, wkwkwk. jadinya kita cuma muter-muter aja di dalam dan ambil beberapa foto. untung ga sempet rasain es nya soalnya diinjak-injak orang, hehehe. apalagi untuk bawa pulang es nya siapa tau keramat, ga kepikiran juga *tepoknyamuk.
Hoaemm . . . ngantuk (ini bukan ngantuk waktu di rumah salju, tapi waktu nulis cerita ini, hihihi). Akhirnya kami keluar juga dari rumah salju setelah mendinginkan hati yang panas dan kepala yang sumpek*halah apalagi ini . . . Opah duduk di depan rumah salju nungguin anak dan cucunya ini (cucunya lebih besar dari anaknya, ngeri ga tuh?!) Akhirnya setelah balikin jaket dan sepatu yang tadi di sewa, kami pun foto-foto dengan miniatur dinosaurus yang tingginya mencapai langit-langit gedung (miniatur lebih gede dari orang-orang di sekitarnya, hehehe). Akhirnya kita pun keluar dari rumah salju dan tetap aja foto-foto di jalan menuju parkiran mobil nunggu Atuk jemput. tapi apa yang terjadi?!kami harus jalan muter jauh banget karena lahan ICT lagi rekonstruksi jadi tiba-tiba ada tulisan “dilarang melintas” padahal Atuk nunggu di seberang jalan karena kalau masuk macet lagi dengan antrian mobil lainnya. so setelah kaki keriting jalan jauh ke depan, kami pun pulang dengan selamat dan berlabuh di alam mimpi.
esok paginya habis sarapan aku diajak Opah ke rumah Onyang (buyut) di Segambut. sebelum pergi ya foto-foto dulu soalnya Atuk lagi-lagi ga ikut. begitu pula si cowok imut. so kali ini cuma 4 cewek cantik aja yang pergi, hahahaha
Perjalanan ke Sigambut pun dimulai. Opah cerita kalau di Sigambut itu selain Onyang (orangtua Opah) juga ada abang Opah yang tertua. jadinya sampai di sana mulailah Onyang mengintrogasi aku terutama aku ini anak siapa dari sodara mereka. hahahah aku pun aauu lah jawabnya. Onyang ini asyik, masih suka travelling walau umurnya udah lebih dari 60an. ke banyak kota dan juga keluar negeri. secara tinggal berdua aja dan secara finansial pun mendukung, hehehe. memang indah kalau anak-anak yang dididik pada mandiri, dan orangtua bisa menikmati masa tua dengan bahagia kan . . amin ^_^
setelah sholat kami pun diajak ke rumah abangnya Opah sekaligus dengan Onyang juga. disana ramai soalnya lagi ada pengobatan karena ada gangguan makhluk halus katanya di rumah situ. aku pun dikenalkan sebagai cucu padahal anak-anak mereka masih jauh lebih kecil dari aku. memang aku ini cucu mendadak yang membuat orng muda jadi tua, orang tua jadi ga tau apa lah julukan selanjutnya, hehehe.
aku diajak makan disana baren ustaz yang tadi bantu ruqyah (mungkin sekalian bisa nugsir makhluk halus dalam diriku ya . . waah jangan diusir nanti aku jadi makluk kasar donk, wkwkwk). kami pun ngobrol dan ga lupa poto-poto, hehehe. pertama poto sama keluarga besar trus pas mau balik aku foto bareng Onyang
baiklah . . . cukup dulu poto-potonya soalnya kereta api dah nunggu aku untuk segera balik ke kampus, tugas kuliah dan tesis sudah menunggu dengan setia, hihihi. Menyenangkan sekali rasanya dalam 3 hari aku bisa jumpa dengan dua keluarga besar sekaligus . . . Opah pun nganterin aku ke stasiun kereta api, aku beli tiket dengan uang yang disanguni sama Onyang tadi, hihihi kayak lebaran aja, tapi uangnya ringgit lho, bukan rupiah, wkwkwk . . . di dalam kereta api pun aku berfikir . . . 1 lagi keluarga yang belum aku jumpai . . dan belum komunikasi sama sekali . . Atuk Majid yang di KL, denger-denger dulunya editor di Oxford University, Inggris . . Uihh keren . . dan aku pulang dengan menyimpan harapan bisa berjumpa beliau sebelum lulus. . .amin
tunggu cerita selanjutnya ya ^_^
Salam Duper
2 Responses to Menelusuri Silsilah Keluarga di Malaysia (Part 2: edisi Shah Alam)